Sabtu, 28 Februari 2015

ABRAHAM, TOKOH IMAN


HARI MINGGU PRAPASKAH II

Kej 22, 1-2.9a.10-13.15-18; Rom 8, 31b-34; Markus 9, 2-10

PENGANTAR

Di HM Prapaska II ini, Suara Bapa akan kembali terdengar: “Inilah Putera kesayanganKu, dengarkanlah Dia!” Janji keselamatan Allah terpenuhi dan terlaksana dalam diri Putera kekasihNya. Marilah kita mendengarkan Dia, dengan menghayati iman kita dengan setia dan taat, sebagaimana ditunjukkan Abraham, Bapa leluhur kita.
            

RENUNGAN

Abaraham, seorang tokoh iman. Dia, model orang beriman yang berjuang menyelami rahasia Allah dalam seluruh hidupnya. Tuhan model apa yang meminta putera tunggal yang sungguh disayangi untuk dikurbankan? Ishak, jaminan satu-satunya yang memungkinkan terlaksananya janji Allah, dikorbankanAbraham menghadapi suatu dilemma iman, yang dialami sebagai hal paling gelap dan menakutkan dalam hidup. Sören Kierkegaard, filsuf Kristen dari Denmark menyebut dilemma iman ini sebagai “perjalanan 3 hari yang paling menakutkan, membingungkan dan menegangkan.”

Betapa tidak! Menurut logika normal, kalau Abraham taat kepada Tuhan, dia otomatis akan kehilangan putera tunggalnya Ishak dan pupuslah janji-janji Tuhan. Hidup lalu jadi percuma! Kalau dia tidak rela untuk korbankan puteranya, dia akan hidup terjamin bersama puteranya tapi bisa jadi Tuhan menarik kembali janjiNya karena Abraham ternyata tidak setia. Mana yang akan dipilih?

Abraham ternyata pilih yang tersulit, yang memang punya resiko besar: Tapi persis itulah pilihan seorang beriman sejati yang taat. Ia tidak segan-segan mengurbankan anaknya yang terkasih, Ishak, kepada Tuhan, dan Tuhan punya cara istimewa untuk mengganjari setiap orang yang beriman dengan taat dan setia. (Ishak tidak jadi dikorbankan karena Tuhan sudah siapkan sendiri domba jantan bagi kurban persembahan yang berkenan kepadaNya. Dan Ia untuk kedua kalinya, melimpah berkat secara berkelimpahan kepada Abraham.Orang beriman yang taat dan setia, selalu diganjari berkat dan rahmat dari Tuhan.

Iman memang paling pas dimengerti sebagai dialektik antara rasa pasti dan tidak pasti, antara teguh-percaya dan krisis. Iman berarti merasa pasti di dalam ketidakpastian atau merasa tidak pasti di dalam kepastian. Inilah dialektika iman yang harus dijalani dengan ketekunan khusus.

Ketekunan iman itulah yang disuarakan dalam Injil hari ini. Inilah PuteraKu yang terkasih, dengarkanlah Dia,“ dengarkanlah dengan setia, berpegang teguhlah padaNya, agar kamu hidup!

Dan seperti Abraham, Yesus taat-setia dan patuh pada kehendak Bapa. Ia pilih turun dari Tabor menuju Golgota di mana Salib dan Kurban telah terpancang dan menanti; Yesus lebih pilih korbankan diriNya hingga wafat di kayu salib daripada cari jalanNya sendiri yang lebih disukaiNya. Karena ketaatanNya di dalam iman, Ia dibenarkan sebagai Putera Allah, Putera Perjanjian: Inilah Putera kesayanganKu, dengarkanlah Dia!“  

Kegelapan iman yang dialami Abraham, Ishak, bahkan Kristus dan kita sekalian, itu pengalaman iman yang harus kita jalani. Krisis karena berbagai penderitaan, kesepian yang menimpa banyak orang, skandal salib, dsb. otomatis akan dihadapi orang beriman. Kita perlu beriman sebagai orang-orang berpengharapan. Tapi ingat: Berharap memang hal yang sulit; sebaliknya tidak berharap adalah hal yang gampang dan itulah godaan yang terbesar.“ (C. Péguy).

Kalau kita berani berharap, kita akan lebih gampang terima salib kehidupan di dalam terang iman, dan kita akan lebih gampang masuk ke Paska-Transfigurasi. Kehidupan Ilahi, ganjaran bagi mereka yang rela mati bersama Tuhan. Bila kita berani beriman dengan tindakan iman yang heroik seperti ini, Tuhan juga akan berkata: Engkaulah Putera/i kesayanganKu. Hari ini engkau Kuhidupkan dengan berkat dan rahmat berlimpah!“  Semoga demikian. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar