Kamis, 19 Februari 2015

Pesan Puasa Uskup Agung Kupang Tahun 2015




Pola Hidup Sehat dan Berkecukupan

Saudara-saudari terkasih,
Di kala masa puasa mendekat, saya ingin berbagi beberapa gagasan untuk merenungkan perjalanan pembaruan hidup iman kita, baik sebagai pribadi maupun sebagai suatu persekutuan dalam hubungan dengan tema Aksi Puasa Pembangunan 2015 “Pola Hidup Sehat dan Berkecukupan”. Gagasan renungan ini tergerak oleh kata-kata St. Paulus: “Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain. Sebab tiap-tiap orang akan memikul tanggungjawabnya sendiri. … Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman”(Gal 6:4-5, 10). Ajakan Rasul kepada Jemaat Kristiani di Galatia mendorong mereka untuk bekerja, belajar dan bersikap murah hati terhadap saudara-saudari mereka. Pertanyaannya, apakah ajakan Rasul St. Paulus ini masih mempunyai makna bagi kita dewasa ini? Apakah ajakan untuk bermurah hati, suatu hidup menurut Injil, berarti pula bagi kita sekarang ini?

Kasih Karunia Kristus

Pertama-tama panggilan ini memperlihatkan bagaimana Allah berkarya. Allah tidak mewahyukan diri-Nya dalam kuasa dan kekayaan duniawi, tetapi dalam kesahajaan dan kemurahan hati yang melayani. Kristus, Putra kekal dari Allah telah memilih menjadi manusia bersahaja; Dia bermukim di antara kita dan berada dekat dengan kita; Dia meninggalkan kemuliaan-Nya dan mengsosongkan diri-Nya supaya Dia dapat menjadi seperti kita dalam segalanya, kecuali dosa (cf. Fil 2:7; Ibr 4:15). Penjelmaan Allah menjadi manusia adalah sebuah misteri yang agung karena kasih-Nya. Itulah karya Allah bagi kita. Sesungguhnya, Yesus “bekerja dengan tangan manusia, berpikir dengan pikiran manusiawi, berlaku dengan pilihan manusiawi dan mengasihi dengan sebuah hati manusiawi. Lahir dari Perawan Maria, Dia sungguh menjadi satu dari kita, sama seperti kita dalam segala hal, kecuali dosa” (Gaudium et Spes, 22). Kesahajaan Yesus mendorong persekutuan gerejawi untuk membangun “pola hidup sehat dan berkecukupan” sebagai bagian utuh dari kerja manusia di atas bumi ini.

Dengan membuat diri-Nya bersahaja dalam hidup sehat dan berkecukupan, Yesus tidak mencari kenyataan ini demi diri-Nya, tetapi supaya dengan kesahajaan-Nya kita dapat hidup sehat dan berkecukupan dalam keseimbangan relasi sosial. Kenyataan itu merangkum cara berpikir Allah, pola kasih-Nya, yang menjelma, wafat di salib tetapi bangkit. Yesus hidup, agar kita hidup dalam kelimpahan kasih-Nya (bdk. Yoh 10:10 dan Yoh 1:16). Kasih Kristus memang beda ! Kristus membebaskan kita dan mengasihi kita sebagai sesama-Nya. Kemerdekaan sejati, keselamatan sejati dan kebahagiaan sejati adalah buah hasil belaskasih, kemurahan hati dan solidaritas dari kasih-Nya. Kesahajaan Kristus yang membuat hidup kita berkecukupan adalah penjelmaan-Nya dan tanggungan-Nya atas kelemahan-kelemahan dan dosa-dosa kita: suatu ungkapan belaskasih Bapa-Nya yang tak terbatas bagi kita. Kekuatan Yesus terletak pada hubungan-Nya yang unik dengan Bapa. Hubungan itu dinyatakan-Nya dalam membangun hubungan baru antara kita dengan Bapa-Nya.

Kesaksian hidup kita

Panggilan untuk hidup sehat dan berkecukupan tidak terutama berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan material, tetapi bagaimana kita membangun hidup berbagi atas hasil karya ciptaan Tuhan. Persoalan hidup sehat dengan gizi seimbang dan ketercukupan dalam kebutuhan hidup memang penting bagi manusia, namun hubungan manusiawi yang benar dalam tata kelola sosial ekonomi yang seimbang, setara dan berkeadilan adalah lebih utama. Dalam mengikuti teladan Guru, kita dipanggil untuk berjumpa dengan kemiskinan atau hidup berkekurangan saudara-saudara dan saudari-saudari kita, menyentuhnya, membuatnya milik kita dan mengambil langkah-langkah praktis untuk meringankannya. Kepapaan adalah kemiskinan tanpa iman, tanpa bantuan, tanpa harapan. Hidup tidak sehat dan berkekurangan memang sangat menyedihkan dan memprihatinkan. Hidup berkekurangan pada umumnya menyangkut mereka yang hidup dalam keadaan-keadaan yang tidak layaknya manusiawi: mereka yang kekurangan dalam hak-hak mendasar dan kebutuhan-kebutuhan seperti makanan, air, kesehatan, pekerjaan dan kesempatan untuk berkembang dan tumbuh selayaknya manusiawi. Dalam orang yang berkekurangan dan terbuang, kita melihat wajah Kristus; dengan mengasihi dan membantu orang berkekurangan, kita mengasihi dan melayani Kristus. Usaha-usaha kita juga diarahkan untuk mengakhiri pelanggaran-pelanggaran martabat manusiawi, pembedaan dan penyalah-gunaan kuasa duniawi, terutama korupsi dan perdagangan manusia. Ketika kekuasaan, kemewahan dan uang menjadi tuan, kewajiban akan suatu pembagian adil dari ketercukupan hidup memudar, bahkan hilang, karena nurani kita menjadi tumpul. Hati nurani kita perlu mengalami perubahan, yaitu bertobat kepada keadilan, kesetaraan, kesederhanaan dan sikap rela berbagi.

Suatu kepedulian yang lain adalah keadaan ketegaran hati nurani sampai cacat cela dan dosa. Berapa banyak rasa sakit terjadi dalam keluarga-keluarga karena satu dari anggotanya terperangkap dalam alkohol, narkoba, judi atau pornografi akibat hidup tidak sehat dan berkekurangan! Berapa banyak orang tidak lagi melihat arti dalam hidup, tanpa masa depan; berapa banyak orang kehilangan pengharapan! Berapa banyak orang terjerumus dalam kepapaan ini oleh keadaan sosial yang tidak adil, oleh pengangguran, yang merampas martabat mereka sebagai pencari nafkah, dan oleh kurangnya akses yang setara pada pendidikan, pelayanan publik dan permodalan. Kasus-kasus demikian dapat menjadi pendorong untuk mengasingkan diri, bahkan tersingkirkan dari hidup sosial yang sehat. Ketidak-sehatan dan ketidak-cukupan ini, yang juga dipengaruhi kehancuran oleh berhala akan uang, atas salah satu cara terkait dengan keadaan spiritual, sewaktu kita meninggalkan Allah dan menolak kasih-Nya. Kita berpikir bahwa kita tidak memerlukan Allah yang menghampiri kita melalui Kristus. Kita percaya bahwa kita dapat melakukannya sendiri. Oleh karena itu, kita tetap tinggal dalam suatu kejatuhan yang gelap. Hanya Allah sendiri sejatinya dapat mengangkat, memerdekakan dan menyelamatkan kita.

Saudara-saudari terkasih, Kegirangan Injil adalah obat mujarab yang nyata bagi kemiskinan spiritual: ke mana pun kita pergi, kita dipanggil sebagai umat kristiani untuk mewartakan kabar yang memerdekakan bahwa pengampunan dosa-dosa yang dilakukan adalah mungkin; bahwa Allah lebih besar daripada kedosaan kita, bahwa Dia selalu mengasihi kita dengan bebas dan bahwa kita diciptakan untuk hidup berbagi dalam persekutuan hidup sehat dan berkecukupan menuju hidup kekal. Tuhan meminta kita menjadi bentara-bentara yang gembira dari pesan-Nya akan belaskasih dan pengharapan! Dalam persatuan dengan Yesus, kita dapat dengan rasa syukur dan murah hati membuka jalan-jalan baru evangelisasi untuk memajukan martabat manusiawi yang sehat dan hidup dalam ketercukupan. Semoga masa puasa ini mendapati seluruh persekutuan gerejawi kita siap untuk memberikan kesaksian kepada semua orang yang hidup dalam kepapaan material, moral dan spiritual. Puasa adalah waktu yang tepat untuk penyangkalan diri. Kita dapat bertanya pada diri kita sendiri, apa yang kita dapat sisihkan guna membantu dan memberdayakan orang-orang lain melalui kesahajaan kita sendiri. Semoga Roh Kudus, yang membuat kita “bersahaja”, dalam hidup sehat dan berkecukupan, “seperti tidak memiliki, dan namun memiliki segalanya” (2Kor 6:10), menyokong kita dalam keputusan-keputusan kita dan memperbesar peduli dan tanggungjawab kita akan kepapaan manusiawi. Dalam pengharapan ini, saya berdoa agar setiap pribadi dari jemaat beriman dan setiap persekutuan gerejawi akan menjalani suatu perjalanan puasa yang penuh belaskasih dan berbuah melimpah dalam kasih. Saya minta kalian semua berdoa untuk saya. Semoga Tuhan memberkati kalian dan St. Perawan Maria melindungi kalian.

Diberikan di Kupang, 2 Pebruari 2015

+ Petrus Turang
Uskup Keuskupan Agung Kupang


- See more at: http://www.kak.or.id/content/pola-hidup-sehat-dan-berkecukupan-pesan-puasa-uskup-agung-kupang-tahun-2015#sthash.soQSLCAn.dpuf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar