MINGGU PRAPASKA
III
Warna Liturgi
Ungu
Bacaan
Liturgi:
Kel 20:1-17;
Mzm 19:8,9,10,11;
Kor 1:22-25;
Yoh 2:13-25;
BcO Kel 3:1-20
Mzm 19:8,9,10,11;
Kor 1:22-25;
Yoh 2:13-25;
BcO Kel 3:1-20
Renungan
“Uang para
penukar dihamburkanNya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkanNya. Kepada
pedagang-pedangang merpati Ia berkata: “Ambil semuanya ini dari sini, jangan
kamu membuat rumah BapaKu menjadi tempat berjualan.” Selanjutnya: “Rombaklah
Bait Allah ini, dan dalam 3 hari Aku akan mendirikannya kembali.”
Semangat dan
jiwa Injil yang hendak disampaikan kepada kita ialah “penjungkirbalikan”,
“perombakan”’ “pembongkaran”, “perjuangan melawan praktek agama yang salah”
agar manusia bisa dibangun kembali menurut hakekat dirinya yang sejati. Apa
yang salah? Tindakan Yesus disebut “Tindakan Kenabian demi
Penyucian/Pembaharuan Bait Allah.” Di mata Yesus, seluruh system jual-beli
binatang untuk kurban bakaran, system penukaran uang untuk pajak Bait Allah
telah dinodai secara sangat keji oleh sikap hati manusia yang salah, akibat
kehilangan unsur yang paling hakiki dalam dirinya, yakni kehilangan kepekaan
terhadap Allah dan segala sikap benar terhadap Allah dan sesama. System seleksi
binatang korban, ternyata telah salah digunakan untuk keuntungan para petugas
dan system penukaran uang telah diatur sedemikian sehingga mereka yang datang
dari jauh dan punya niat suci untuk beribadah secara benar telah sangat
dirugikan karena mereka harus membayar sekitar 20 x lipat. Inilah kesalahan
sikap dalam praktek agama, di mana orang menggunakan kesempatan ibadah untuk
merugikan sesama dan berbalik dari ibadah yang sejati kepada Allah. Uang dan
keuntungan telah membelokkan hati manusia. Yesus ingin menjungkirbalikkan dan
merombak praktek ini dengan tindakan dramatis.
Tindakan Yesus:
Tindakan kenabian, Penyucian Bait Suci, dihubungkan dengan tugasNya untuk
membaharui dunia semesta. Tindakan Yesus sangat populer di kalangan para Nabi
Israel. “Pada waktu itu, Yerusalem akan disebut takhta Tuhan, dan segala bangsa
akan berkumpul ke sana...mereka tidak akan bertingkahlaku menurut kedegilan
hatinya yang jahat.” (Yer 3:17). Atau “RumahKu akan disebut rumah doa bagi
segala bangsa” (Yes 56:7).
Dan orang Yahudi
percaya, Bait Allah yang baru itu akan turun dari langit dan bahwa bangunan yang
kini menjadi kebanggaan mereka akan dimusnahkan (bdk Kitab Henokh). Karena iman
ini, orang-orang Yahudi tidak marah kepada Yesus. Mereka hanya minta
daripadaNya suatu tanda. “Tanda apakah yang dapat Engkau tunjukkan kepada kami
bahwa Engkau berhak berbuat demikian?”
Yesus langsung
saja menanggapi tantangan orang-orang Yahudi dengan berkata: “Rombaklah Bait
Allah ini dalam 3 hari Aku akan mendirikannya kembali.” Orang-orang Yahudi tahu, yang bertindak seperti Yesus
pasti bukan orang biasa. Pada hal dimata mereka, Yesus orang biasa, seorang
pemuda dari kampung Nazareth. Jadi orang-orang Yahudi meminta tanda, hak dari
tindakanNya, dan Yesus langsung menunjuk kepada diriNya sendiri: “Rombaklah
Bait Allah ini dulu...” Hancurkan diriKu lebih dahulu, baru kamu akan tahu apa
artinya Ibadah yang sejati, yakni mengabdi kepada Allah dalam Roh dan
Kebenaran, mengabdi Allah dalam ketaatan mutlak kepadaNya tanpa merugikan
sesama. Itulah ibadah yang sejati.
Orang-orang
Yahudi tidak mengerti, tidak cukup beriman, keras hati untuk menerima kebenaran
Sabda Yesus, lalu mereka menyindir: “Empat puluh tahun lamanya orang mendirikan
Bait Allah ini dan Engkau hendak membangunnya dalam 3 hari?”
Praktek agama
yang salah bisa juga terjadi pada kita. Bila orang merasa bahwa keselamatannya
sudah terjamin karena ia sangat rajin beribadah, paling dermawan memberi
sumbangan untuk Gereja, dia bisa digolongkan sebagai “pedagang Bait Allah”
karena semangat dan sikap hati yang
salah. Bila orang tertutup terhadap kebenaran, atau mengukur kebenaran
berdasarkan kepentingannya, ia bisa disebut “pencari keuntungan murahan” yang
rela menggantikan Allah Yang Mahabesar dengan keinginan dan interesenya atau
karena tidak taat kepada kehendak Tuhan tetapi kepada kehendak sendiri, ia juga
disebut “robot” agama. Bila seorang hanya tergiur dan tertarik dengan yang
mentereng dan serba wah......., lalu lupa keagungan yang terembunyi dalam yang
sederhana, ia bisa kita sebut bermata juling berhati miring.
Mari kita
tanggapi amanat Yesus untuk merombak sikap hati dan praktek keagamaan kita yang
bisa salah, agar kita bisa dibangkitkan bersama Kristus yang telah bangkit dan
menang atas kuasa kejahatan dan dosa
yang bercokol di hati manusia. Penyakit yang paling sulit diberantas
adalah penyakit dosa yang menggerogoti seluruh manusia, jiwa dan raga. Hanya
Yesus, Sang Sabda Kebenaran, Sang Tabib Sejati, yang sanggup menyembuhkan kita
sekalian.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar