Yes 40:1-5;9-11; Tit 2:11-14, 3:4-7; Luk 3:15-16;21-22
Pengatar
Kita rayakan hari ini Pesta Pembaptisan Tuhan. Sabda Bapa surgawi dengan
penuh kasih tertuju kepada Kristus: “Engkaulah Anak-Ku yang Ku kasihi,
kepadaMulah Aku berkenan.”
Apakah kita yang telah menerima Pembaptisan, sungguh berkenan kepada Bapa?
Kita tetap manusia-manusia pendosa yang mutlak membutuhkan keselamatan dari
Tuhan.
Renungan:
Perikopa Injil hari ini berakhir dengan kalimat yang paling mengesankan:
“Engkaulah AnakKu yang Ku kasihi, kepadaMulah Aku berkenan.”
Saat itu ada banyak orang yang dibabtis. Mereka mendambakan keselamatan,
tapi siapa sebenarnya Sang Penyelamat itu, belum jelas. Yang ada di hadapan
mereka cumalah Yohanes Pembaptis. Karena itu mereka bertanya-tanya, entahkah
Yohanes itu Mesias, Yohanes menjawab dengan terus terang kepada mereka. Ia
menunjuk kepada Yesus sebagai Mesias, Penyelamat Manusia, Dia yang lebih
berkuasa dari Yohanes sendiri. Yohanes sebenarnya ingin mengarahkan
pendengarnya agar lebih menaruh seluruh harapannya pada Kristus, Sang Penyelamat.
Karena Yesus akan membaptis dengan Roh Kudus dan dengan api. Ini berarti
Kristus yang dibaptis itu sungguh merupakan pemenuhan seluruh harapan Israel
akan keselamatan. Dalam Dialah, mulailah jaman baru, jaman Mesias, Jaman
Penyelamatan Paripurna bagi semua orang.
Kesaksian Yohanes tentang Yesus sebagai Mesias, Sang Penyelamat Terjanji,
dimeteraikan dengan pewahyuan yang sungguh aneh: “Ketika Yesus juga dibaptis
dan sedang berdoa, terbukalah langit dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung
merpati ke atasNya. Dan terdengarlah suara dari langit: “Engkaulah Anak
yang Ku kasihi, kepadaMulah aku
berkenan.”
Inilah kata-kata dari Bapa Surgawi yang dialamatkan kepada Yesus. Lewat
pembaptisan, Yesus diyakinakan Allah, BapaNya, bahwa Ia telah mengambil keputusan
yang tepat. Bapa sungguh berkenan kepada Yesus sungguh merupakan kerelaan untuk
melaksanakan kehendak Bapa, yang akan dimahkotai dengan penderitaan, wafat dan
kebangkitan. “Engkaulah anakKu yang Ku kasihi, kepadaMulah aku berkenan...”
Dalam Mazm 2:7, “anak-Ku” merupakan sebutan untuk Raja Mesias; dan dalam Yes 42
“kepadaMulah Aku berkenan” bicara tentang hamba Yahwe yang harus menderita.
Jelaslah bagi kita, bahwa lewat PembaptisanNya, Yesus di syahkan sebagai
Mesias, Raja Pilihan Bapa yang harus menghadapi sengsara dan salib, bukan kuasa
dan kemuliaan.
Kita sekalian yang telah dibaptis, pasti di sapa dengan nama manis dan
Tuhan bersabda:” Engkaulah Anak yang Ku kasihi, kepadaMulah Aku berkenan...”
Persoalannya apakah kita sungguh keluar dari Bejana Pembaptisan sebagai
manusia baru; manusia yang selalu mengorientasikan seluruh hidup menurut kehendak
dan kemauan Allh? Apakah kita tempatkan
diri dalam rencana keselamatan Allah?
Bagi anak-anak, Yesus ingin agar kita hidup bersahabat, damai dan
bersaudara dengan semua orang. Dia juga ingin agar kita saling menolong. Sesama
kita yang susah, kita perlu ulurkan tangan, bantu dengan sepenuh hati. Kalau
demikian, Bapa, Allah akan sebut kita sebagai anak-anakNya yang terkasih. Ia
berkenan kepada kita, karena hidup kita sungguh menyenangkan hatiNya yang penuh
kasih.
Dan para orang tua, Bapa, mama dan muda/i di dalam keluarga dan masyarakat;
mari kita tanya diri, apakah saya masih tetap menjadi anak Bapa Surgawi yang
terkasih, atau sudah celaka karena tingkah laku yang sama sekali tidak berpadanan
dengan kehendak Tuhan. Kalau demikian, hari Baptisku tidak lagi menjadi satu
hari yang penuh rahmat dan bahagia, tetapi telah berubah menjadi satu hari
penuh laknat dan celaka, karena aku telah berubah dari anak Kekasih Bapa
menjadi anak Tekecoh oleh dosa dan maut.
Di hari berahmat ini, mari kita berjuang mengubah dunia dan lingkungan
hidup kita, keluarga/komunitas kita dengan semangat belaskasih Bapa/kerahiman
Ilahi, hidup seturut semangat dan teladan Yesus, Putera Bapa yang kekasih.
Semoga kita dikuatkan untuk taat seperti dia dan makin siap untuk menerima
keselamatan yang disiapkan Tuhan bagi kita, putra-putriNya yang terkasih.
Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar